Kenapa dinamai Arafah?

– Arafah (عرفة) : Nama tempat yang dalam gramatika berbentuk plural/jamak (عرفات), sedangkan nama hari berbentuk singular/mufrad (عرفة) dan dihukumi mamnu’ minash sharf
– Ta’aruf (تعارف): Tempat bertemunya Nabi Adam As. dengan Siti Hawa setelah diturunkan dari surga ke bumi, sehingga mereka saling mengenali kembali. Dan tempat ini menjadi tempat mengenal sesama manusia dalam rangkaian ibadah wukuf.
– Arif (عارف) : Kesabaran yang khusyu, tidak mengeluh dan penuh kerendahan hati, karena jamaah haji melewati berbagai rintangan dalam beribadah dan berdoa kepada Allah pada saat tersebut
– I’tiraf (اعتراف) : Pengakuan seorang hamba atas dosa-dosanya dengan memperbanyak istighfar, tahlil, tahmid, takbir, dan doa disertai taubat kepada Allah.

(Lihat :Tafsir Al-Jami’ li Ahkamil Quran Al-Qurthubi, hlm. 332-334)

Apa hikmah Arafah?

– Sarana penyucian jiwa sebelum melakukan ibadah kurban dalam rangka ketaatan kepada Allah. Hakekat ibadah harus dilandasi keikhlasan dan pedoman Nabi Muhammad Saw. Hati yang ikhlas harus dijauhkan dari segala dosa zahir dan batin
– Manusia itu lemah dan sama di hadapan Allah, baik yang kaya atau miskin, tua atau muda, pejabat atau rakyat biasa, ulama atau orang awam, semuanya akan bersimpuh memohon kepada Allah. Sehingga tidak layak kita menyombongkan harta, kedudukan dan ilmu yang dimiliki yang sejatinya berasal dari Allah dan bersifat sementara
– Ibadah harus dilalui rintangan dan ujian yang terkadang tidak sesuai dengan keinginan nafsu manusia. Bagi jamaah haji harus merasakan teriknya matahari sembari beribadah, bagi yang tidak berhaji dianjurkan berpuasa. Jika keduanya dilakukan dengan baik, maka harapan penghapusan dosa akan terwujud
– Mengingatkan keadaan manusia pada hari akhir ketika menghadapi pengadilan Allah Ta’ala yang masing-masing akan tertuju kepada kekuasaan Sang Pencipta
– Persatuan umat Islam adalah keniscayaan jika mau menghilangkan ego antar kelompok dan afiliasi, dengan meluruskan tujuan beragama hanya untuk Allah dengan pesan-pesan moral yang terkandung didalamnya.

Ustaz Abid Fathurahman Arif, S. Hum.
Mekkah, 9 Zulhijjah 1440 H

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *