Penulis : Nisa Larasati, S.K.M
Pengurus Pesantren Kosan 2016-2018 & Kesehatan Lingkungan UI 2014
Bagi mahasiswa yang sudah purna tugas, masa-masa di kampus terasa begitu cepat berlalu.
Hari-hari penuh deadline dan ujian sembari rapat sampai larut malam telah usai.
Masa-masa sulit memperjuangkan skripsi juga akhirnya mencapai titik kulminasi dan berakhir manis.
Lalu apa yang sudah dicapai selama bertahun-tahun setiap pagi pergi ke kampus?
Saya yakin banyak dari happy readers disini yang berhasil meraih pencapaian-pencapaian kece selama masa kuliah. Mulai dari lomba, konferens, pejabat kampus, mungkin sampai menemukan pasangan hidup, tapi bagaimana dengan usaha kita dalam mendekatkan diri kepada Allaah?
Salah satu yang saya dan mungkin orang lain sering lakukan ketika masih menjadi mahasiswa adalah menunda-nunda pekerjaan. Termasuk urusan mendekatkan diri kepada Allaah. Mari kita simak sedikit contoh kasus yang saya alami.
Nanti ajak gue kajian ya! Pengen banget soalnya hati gue kosong rasanya.
Kalau ada kajian kabarin gue ya. Gue merasa perlu memperbaiki diri.
Kemudian biasanya saya akan mengabari info kajian sekaligus mengajak untuk pergi bersama. Hasilnya? Cukup memuaskan. Sekitar 7 dari 10 orang pergi ke kajian meskipun belum rutin. Namun tiga orang sisanya, selalu memiliki halangan untuk pergi ke kajian.
Waduh minggu depan gue UAS sorry ya. Habis UAS deh baru lega.
Gue mau sih kajian tapi masih hectic skripsi nih. Nanti pas udah sidang aja.
Wah gue masih harus ngebut revisi, dosen gue mau pergi soalnya. Habis wisudaan aja ya.
Sorry gue cape banget kerja dari Senin-Jumat, mungkin pas weekend aja ya.
Hingga hari ini pergi ke kajian bersama pun masih tetap menjadi wacana.
Tidakkah kita merasa curiga ketika kesibukan yang datang silih berganti berhasil membelokkan niat kita untuk bisa mendekatkan diri kepada Allaah?
Kesibukan macam apakah itu sampai-sampai membuat diri lalai dari usaha untuk memahami fitrah penciptaan makhluk dalam surah Adz-Dzariyaat ayat 56?
Atau mungkinkah Allaah telah memalingkan hati kita dengan berbagai macam kesibukan hingga kita menomorsekiankan prioritas untuk belajar mengenal Allaah?
Beberapa tips yang mungkin bisa bermanfaat untuk mencegah diri dari menunda pergi menuntut ilmu syar’I versi saya:
- Mengetahui alasan kenapa kita perlu untuk pergi ke kajian. Untuk memudahkannya silahkan tulis di kertas prons and cons jika kita pergi ke kajian. Jika masih bingung, lebih baik untuk berdiskusi dengan teman yang sudah rutin datang ke kajian.
- Mencari teman yang sudah rutin ikut kajian dan mengutarakan niat kita. Kalau perlu, pesankan di akhir pembicaraan, “Kalau nanti aku banyak alasan ngga dateng, jangan segan marahin aku ya J “
- Jika sudah berhasil mendapat info kajian dan janjian untuk pergi bersama, maka bulatkan tekad untuk pergi kesana walau badai menghadang. Meski rasanya harus memaksa diri dan meninggalkan hal-hal penting, maka saran saya tetaplah berangkat. Ingat, syetan tidak akan pernah suka ketika kaki kita melangkah menuju ketaatan. Janji mereka untuk menggoda manusia hingga hari kiamat. Masih mau ditipu oleh mereka?
- MIntalah kepada Allaah pertolongan agar dimudahkan dalam usaha-usaha mendekatkan diri kepada-Nya. Langkah ini disebutkan paling akhir namun yang harus dilakukan paling pertama dan utama. Doa yang paling sering diucapkan oleh Rasulullaah:
«الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ»
“Seorang mu’min itu laksana cermin bagi mu’min yang lain”.
(Hadits Shahih, Riwayat ath-Thabrani dalam kitab al-Ausath. Lihat Shahiihul jaami’ no. 6655).
Sepenggal pengalaman tersebut kemudian menyadarkan saya bahwa masih banyak yang proyek-proyek kebaikan yang belum saya tuntaskan dengan segera. Cara Allaah mengingatkan saya bahwa penundaan yang terjadi di depan mata saya adalah bayangan dari banyaknya penundaan yang saya lakukan. Semoga Allaah memberikan hidayah kepada kita semua.