TIPS MENGAMALKAN KONSEP WAQAF DAN IBTIDA YANG BAIK

Perhatian
Bahasan dalam ilmu Tajwid yang perlu diperhatikan setiap Qari/ah selain aspek lafaz adalah makna, yang hal ini terlingkupi dalam ilmu Waqaf dan Ibtida yang pada perkembangannya juga menjadi ilmu tersendiri. Bukan hanya target kuantitas yang diraih, tetapi perlu memperhatikan target kualitas bacaan dan makna yang terkait.

Pada kenyataannya, masih banyak di antara kaum muslimin yang belum memperhatikan hal ini dengan baik, karena alasan utamanya keterbatasan ilmu dan lalai untuk mempelajarinya secara intensif.

Karena, ilmu Waqaf dan Ibtida adalah bidang multidisiplin yang menghubungkan beberapa ilmu syar’i yang penting dan pokok seperti : Bahasa Arab, Fikih, Akidah, Qiraat, Sirah dan lainnya.

Konsep Waqaf
Jikalau merujuk teori yang dianalisis para Ulama Al-Qur’an, setidaknya waqaf yang direkomendasikan adalah dua yaitu :

  • Tam (Idealis) : Sempurna lafaz (hukum kalimat/i’rab) dan maknanya dengan kalimat/ayat setelahnya
  • Kaf (Realis) : Sempurna lafaz, tetapi masih ada hubungan dengan kalimat/ayat setelahnya
    Satu waqaf yang diperbolehkan selama diulang kembali dari ayat sebelumnya dan sebagai keringanan (rukhsah), yaitu :
    Hasan / Shalih (Cukup) : Dipahami lafaz dan maknanya pada kalimat/ayat yang waqaf padanya, tetapi menjadi rancu jika langsung dimulai pada kalimat/ayat setelahnya.

Tips Waqaf
Perlu sekiranya kita memilih yang direkomendasikan daripada yang bersifat rukhsah dan cukup, agar mengamalkan kesempurnaan dan keselarasan teori dan praktek yang disampaikan para Ulama. Diantara tipsnya :
Edukasi :
1) Talaqqi kepada guru yang mutqin secara hafalan dan bacaan, serta memahami teori bahasa Arab hingga tingkat menengah
2) Mempelajari bahasa arab secara bertahap sebagai bekal memahami kandungan makna Al-Quran
Amaliah :
1) Perhatikan sub tema bahasan setiap surat yang panjang (50-100 ayat keatas), karena satu surat tersebut tidak hanya membahas satu tema.
Jika ingin ideal (tam), maka baca satu surat secara keseluruhan dalam satu kesempatan. Jika kadar realis (kaf), maka baca sampai selesainya hukum i’rab suatu kalimat/ayat.
Diantara patokan pembagian tema yang dapat menjadi rujukan : Tanda ‘ain (ruku’), Mushaf Terjemahan, Kitab Tafsir, Kitab Ilmu Waqaf dan arahan talaqqi dari Guru.
2) Hukum asal waqaf di setiap tempat Al-Qur’an adalah boleh, kecuali yang dapat mengarah makna buruk, tidak sesuai dan tidak dipahami (qabih).
Sehingga, waqaf tidak perlu menunggu tanda-tanda waqaf yg tertera di Mushaf jika tidak sanggup secara nafas. Berhentilah pada kalimat/ayat yang disanggupi, lalu menyesuaikan i’rab dan makna yang berkaitan dengannya.
3) Jangan terlalu menghandalkan patokan bacaan dengan hitungan matematis, seperti : per 10 ayat, per halaman, per lembar, per kaca, dan lainnya. Patokan-patokan seperti ini umumnya hanya membawa Qari/ah paham hitungan ayat dan pembagiannya, tanpa pemahaman bahasa dan perenungan makna.
Karena, tidak semua hukum i’rab dan tema yang dibahas telah selesai di akhir halaman, lembar atau hitungan beberapa ayat tertentu. Para salaf terdahulu terbiasa membaca suatu surat dan ayat yang sempurna maknanya, walau akan menjadi lebih panjang.
4) Menyesuaikan beberapa kaidah bahasa yang sempurna dan kata kunci tema suatu kalimat atau ayat untuk kesesuaian waqaf dan ibtida-nya. Diantara contoh umumnya :
Bahasa : Tidak boleh memulai suatu kalimat dari maf’ul tanpa fi’il dan fa’ilnya, memisahkan mubtada dan khabar dalam bacaan yang sama, kata (isim) yang disambung dengan huruf tertentu (istifham, isyarah, athaf dan lainnya) harus diikutsertakan (tanpa dipisah)
Kata kunci : Jika membahas ayat-ayat surga, maka kata “ءامن وعمل الصالحات” atau yang semisalnya akan dilengkapi dengan balasannya seperti “الجنة” (nama-nama masing tingkatan), masa waktunya seperti “خلدين / أبدا” dan yang semisalnya

  1. Perbanyak mendengar murattal dari para Qari yang direkomendasikan sebagai acuan utama dalam hal bacaannya dan cara waqaf ibtidanya dalam setiap keadaan : Keadaan salat dan diluar salat (tilawah, taklim, atau lainnya).

Semoga Allah mudahkan kita untuk memperhatikan aspek waqaf dan ibtida sebagai kesempurnaan bacaan dan sarana mentadabburi makna-makna Al-Qur’an.

Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamin

Abid Fathurrahman Arif
Madinah, 20 Ramadhan 1445 H
(di pelataran Masjid An-Nabawi Asy-Syarif)

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *