Penulis Resume: Afif Wiludin
Alumni PESAN BISA 1
Peristiwa di Bulan Sya’ban
- Berubahnya Qiblat Kaum Muslimin dari Masjidil Aqsho ke Ka’bah Masjidil Haram
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.(Al Baqoroh 144)
_[96]. Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah._
Peristiwa ini terjadi di pertengahan Sya’ban tahun ke -2 Hijriyah tepatnya saat Sholat Dhuhur di Quba, Ketika Rosul memimpin jama’ah sholat duhur dan sudah menyelesaikan 2 rokaat, Dua rakaat pertama shalat Zhuhur masih menghadap Baitul Maqdis, sampai akhirnya malaikat Jibril menyampaikan wahyu pemindahan arah kiblat, begitu menerima wahyu ini, Rasul langsung berpindah 180 derajat, diikuti oleh semua jamaah melanjutkan shalat Zhuhur menghadap Masjidil Haram. Sejak saat itu, kiblat umat Islam berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina (menghadap ke utara dari Madinah), menuju Masjidil Haram (menghadap arah selatan dari Madinah). Masjid ini pun dikenal sebagai Masjid Qiblatain atau Masjid Dua Kiblat.
2. Anjuran Sholawat kepada Nabi Muhammad turun dibulan syaban
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[1229]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya[1230].
[1229]. Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad.
[1230]. Dengan mengucapkan perkataan seperti:Assalamu’alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu hai Nabi.
AMALIYAH DI BULAN SYA’BAN
Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan An-Nasaai serta yang lainnya dari sahabat Usamah bin Zaid radhiallahu’anhuma, di situ dia berkata kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
قلت: ولم أرك تصوم من الشهور ما تصوم من شعبان؟ قال: ذاك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع الأعمال فيه إلى رب العالمين عز وجل فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم
“Wahai Rasulullah aku tidak melihat engkau berpuasa dari bulan-bulan dalam setahun sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban? Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menjawab: Bulan Sya’ban adalah bulan yang kebanyakan orang lalai darinya, yang ada di antara Rajab dan Ramadhan, dia adalah bulan diangkatnya amalan kepada Allah Rabbil ‘alamin azza wa jalla maka aku senang amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.” [Shahih An-Nasaai: 2221]
Dari hadits diatas kita bisa mengambil 2 poin
Poin 1 Bulan Sya’ban banyak orang yang lalai, sehingga dianjurkan memperbanyak Ibadah, Puasa Sunnah dll.
ada Kaidah ketika banyak orang lalai dan kita beribadah maka Alloh suka dan pahalanya sangat besar, contoh
Sholat Tahajud, disaat kebanyakan orang tidur pulas, tapi kita sempatkan beribadah, bermunajat kepada Alloh
Sholat Duha, disaat kebayakan orang lagi memulai kerja, kita sempatkan beribadah Sholat Duha
Bulan syaban, seperti dijelaskan dalam hadits diatas.
Poin ke-2, Bulan diangkatnya amal
Amalan manusia diangkat dalam 3 jenjang, Harian, Mingguan, dan Tahunan
Harian yaitu saat Subuh dan Ashar
يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ، وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ، ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ – وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ- كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فَيَقُولُونَ: تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ
Sekelompok Malaikat saling bergantian dengan sekelompok Malaikat yang lainnya dalam mengawasi perbuatan kalian pada malam hari dan pada siang hari. Mereka berkumpul pada waktu shalat Subuh dan shalat Asar, kemudian sekelompok Malaikat yang pada malam hari mengawasi amal kalian naik (menuju kepada Allah), lalu Allah menanyai mereka –sementara Dia lebih tahu daripada mereka-, ‘bagaimana (keadaan) saat kalian meninggalkan hamba-hambaKu ?. Mereka pun menjawab, ‘ ketika kami tinggalkan mereka, mereka tengah dalam keadaan melaksanakan shalat dan ketika kami datang kepada mereka, mereka juga tengah melakukan shalat. (HR. Al-Bukhari, no. 530).
Mingguan saat senin dan kamis
Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- meriwayatkan bahwa Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
تعرض الأعمال يوم الإثنين والخميس فأحب أن يعرض عملي وأنا صائم
“Amal-amal manusia diperiksa pada setip hari Senin dan Kamis, maka aku menyukai amal perbuatanku diperiksa sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. At-tirmidzi, No. 747)
Tahunan saat Bulan Sya’ban
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam bersada,
تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Pada bulan tersebut (yakni, Bulan Sya’ban, seluruh amalan-amalan diangkat kepada rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku suka amalku diangkat sementara aku tengah dalam keadaan berpuasa. (HR. An-Nasai, No. 2357)
Amalan Nisfu Sya’ban
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ . أخرجه ابن حبان في صحيحه والطبراني، وأبو نعيم في الحلية
Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada seluruh makhluk-Nya kecuali kepada orang yang menyekutukan Allah atau orang yang bermusuhan.” (HR. Ibn Hibban dalam Shahih-nya [12/481], Albany dalam shahihnya Silsilah al-Ahadits al-Shahihah [1144])
Point dari hadits diatas Alloh mengampuni dosa saat malam nisyfu Sya’ban kecuali 2 orang yaitu orang musyrik dan orang yang bermusuhan
Al-Imam al-Syafi’i berkata dalam kitab al-Umm sebagai berikut:
( قال الشَّافِعِيُّ ) وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كان يُقَالُ إنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ في خَمْسِ لَيَالٍ في لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ من رَجَبٍ وَلَيْلَةِ النِّصْفِ من شَعْبَانَ
Al-Syafi’i berkata: “Telah sampai kepada kami bahwasanya selalu dikatakan bahwa permohonan akan dikabulkan dalam lima malam, yaitu malam Jum’at, malam hari raya idul adha, malam hari raya idul fitri, awal malam di bulan Rajab dan malam Nishfu Sya’ban.” (Al-Imam al-Syafi’i, al-Umm [1/231]).
-Sholat 100 rokaat dari Al Ghozali, dikritisi oleh Imam An Nawawi sebagai takalluf(pembebanan) solusi sholat sunnah semampunya saja
*Kaidahnya kalau tidak ada dalil khusus , pakai aja dalil umum*
-Berkumpul dimasjid, memang tidak ada dalil khusus tapi ada dalil umum, niatkan silaturohim, i’tikaf .
-Sholat malam nisfu sya’ban,niatkan sholat Tahajjud, Qiyamul Lail, bukan sholat malam nisfu Sya’ban.
-Puasa nisfu syaban boleh, dalam kitab lathoiful ma’arif, ibnu rajab mengambil pendapat Imam Syafii boleh karena dia masuk Puasa ayyamul bidh (13,14,15)Hijriyah
-Anjuran baca yasin , pakai dalil umum yg baca yasin suatu malam maka pagi harinya dia diampuni
-Dzikir setelah sholat malam
Hukum Puasa setelah Nisfu Sya’ban
Imam Tirmidzi, Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah :
” إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلَا تَصُومُوا”
“Apabila sudah pertengahan Sya’ban, maka janganlah kalian berpuasa.” (H.R. Al-Tirmidzi)
” لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ ”
“Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan, kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa sunah, maka bolehlah ia berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits riwayat Imam Muslim :
” كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً ”
“Nabi ShallAllohu ‘Alaihi Wasallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya dan hanya sedikit saja hari-hari berbuka beliau di bulan sya’ban” (HR. Imam Muslim).
Kesimpulannya : Berpuasalah sebanyak-banyaknya di bulan Sya’ban dari awal sya’ban hingga akhir. Dan jangan berpuasa setelah tanggal 15 Sya’ban kecuali enggkau sambung dengan hari sebelumya, atau untuk mengqodho atau karena kebiasaan berpuasa di hari-hari sebelumnya.
dan tanggal 28,29,30 Sya’ban disarankam tdk puasa untuk menghormati Romadhon.
Persiapan Romadhon
Persiapan Rohani
muhasabah (evaluasi diri), mujahadah(Bersungguh-sungguh), muqorobah (Mendekatkan diri kepada Alloh)
Persiapan jasmani
jaga kesehatan, pembiasaan puasa (puasa-puasa sunnah senin kamis, daud dll)
Persiapan Materi
‘Abdullah bin ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَـكُوْنُ فِـيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ ، وَكَانَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَلْقَاهُ فِـيْ كُـّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَـيُـدَارِسُهُ الْـقُـرْآنَ ، فَلَرَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْـخَيْـرِ مِنَ الِرّيْحِ الْـمُرْسَلَةِ
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril Alaihissallam bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam Ramadhân untuk menyimak bacaan al-Qur’annya. Sungguh, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan daripada angin yang berhembus.” (Al-Bukhari no. 1902, 3220, 3554, 4997, Muslim no. 2308)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
https://www.youtube.com/user/MTHSOfficial/videos
Jakarta, 18 April 2018/2 Sya’ban 1439 H
Afif Wiludin
Semoga Bermanfa’at