Diantara tradisi sebagian masyarakat Indonesia yang berasal dari rahim Pesantren Tahfiz (khususnya) dan para Kiai-nya adalah Tasmi /Sima’an Al-Quran. Diantara hikmahnya adalah sebagai berikut :
- Memadukan kekuatan hafalan dari berbagai aspek (lisan, telinga, mata, dan mental). Lisan dan mata melatih kelancaran dan kefokusan hafalan Qari, mental melatih kesiapan koreksi dan teguran dari kesalahan hafalan serta lamanya waktu Tasmi (1-24 jam), telinga melatih kepekaan Qari dan Mustami (penyimak) terkait ayat yang dibacakan secara cepat.
- Mengamalkan salah satu kandungan tersirat hadis keutamaan derajat para penghafal Al-Quran sesuai kadar hafalan yang dimilikinya. Tasmi adalah sarana untuk mendapatkan hal tersebut yang dilakukan di Dunia.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ زِرٍّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْقَ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا (رواه أحمد و أبوا داود والترمذي)
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman dari Sufyan dari ‘Ashim dari Zirr dari Abdullah bin ‘Amru, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda, “Akan dikatakan kepada ahli Qur’an; bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil sewaktu di dunia karena sesungguhnya kedudukanmu ada pada akhir ayat yang kau baca.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi) - Menjaga konsisten ketepatan hukum tajwid dengan kadar benar dan minimal (walau tidak sempurna) agar bacaan tidak terindikasi “hadzramah” (baca tidak karuan) yang menabrak semua hukumnya, sehingga Al-Quran yang dibaca tidak berbeda dengan Koran (tidak ada aturannya). Hal ini sebagai kritik saya terhadap Majelis Tasmi yang kurang memperhatikan hal ini sehingga terkesan mengabaikan, padahal hukum mengamalkan tajwid adalah wajib.
- Menumbuhkan sikap sabar dan cinta terhadap Al-Quran, karena bagi orang beriman semakin banyak diulang dan diperdengarkan maka tidak membosankan bahkan menambah keimanan disebabkan kesabaran dan cinta terhadap Kalam Allah yang indah secara lafaz maupun makna. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,” (QS. Al-Anfal Ayat 2) - Menguatkan rasa keberanian untuk public speaking atau tampil di hadapan orang, karena tampilnya seseorang di depan menambah wibawa dan percaya diri adalah kebaikan selama tidak mengarah kepada kesombongan.
Semoga Allah jadikan kita Ahli Al-Quran dan pencintanya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Ustadz Abid Fathurrahman Arif, S.Hum
Cipinang, 25 Ramadhan 1444
==========================
Situs Web : www.pesan.bisa.id
Instagram : @pesan_bisa
Email : pesantrenkosan@bisa.id
YouTube : Pesantren Kosan BISA
Pesantren Kosan BISA
Intelek, Moderat, Kaffah.