Regina Aulia
Ilmu Gizi UPN Veteran Jakarta 2017
Mahasantriwati PeSan VI
Perempuan identik dengan perasaannya yang lembut dan gampang nangis. Tapi, saya bukan termasuk orang yang melankolis atau gampang nangis. Dulu setiap acara perpisahan, dimana banyak banget orang yang nangis sambil pelukan. Saya enggak! Sedih saya berhenti di mata berkaca-kaca tapi tak mengeluarkan air mata. Saya juga bingung padahal pengen banget bisa nangis nangis gitu biar agak dramatis.
Biasanya saya nangis kalo di nasehatin ortu dan ngeliat perjuangan mereka. Tapi kemarin saya nangis bukan karena dua hal tersebut. Tiba tiba aja air mata saya keluar dengan deras dan saya langsung menutupi muka saya dengan tangan. Pagi itu.. 3 hari pertama di asrama saya menangisi diri saya sendiri di halaqoh pagi..
Untuk pertama kalinya saya di test oleh ustadzah karena saya sudah menyetorkan juz 30 dari an naba sampai an nas. Saya kira test nya akan biasa biasa saja hanya melanjutkan ayat. Ternyata ada 5 pertanyaan (lanjutkan ayat, bacakan ayat pertama di halaman sekian, tebak surat, dua ayat sebelum, dan mengurutkan surat) yang di berikan kepada saya. Saya berenti di pertanyaan sebutkan dua ayat sebelum ayat ini. Saya berfikir lamaa sekali, hati saya sudah mulai tak karuan. Sudah sejak awal halaqoh dimulai saya masih di samping ustdzah. Ustadzah bisa menerima setoran 3 anak sekaligus dan dua orang sudah berganti ganti sejak tadi. Di test yang terakhir yaitu mengurutkan surat. Teman teman halaqoh saya menyemangati sambil menggoda saya karena saya maju lama sekali. Sekali kali mereka memberikan clue dan saya tetap tak bisa menebak surat apa.
Sudah lewat 30 menit mungkin atau sejam dari waktu halaqoh. Tinggal saya seorang di samping ustdzah. Dan mereka (teman halaqoh) saya masih menunggu saya selesai sampai halaqoh ditutup. Mereka berisik menyemangati saya, saya berfikir sambil menatap muka mereka, dan saya tau mereka sudah tidak betah untuk berlama di halaqoh ini.
“gimana re, mau besok aja? Tapi ulang dari awal tesnya” saya melirik ustadzah sambil berkaca kaca. “Aah ustadzah. Ini tinggal tes terakhir. Ulang yang ini aja ustadzah yaaah” akhirnyaa saya menangis. Saya menunduk dan menutupi muka saya. Saya ingin mencoba lagi tapi saya sudah mengulur waktu halaqoh lama sekali. Saya tidak tega kalau membiarkan teman halaqoh saya terjebak disini hanya karena saya.
Saya tidak berhasil. Saya menangisi ketidakmampuan saya. Saya menyadari kesalahan saya. Saya mengakui kesalahan saya. Setelah sekian lama saya tidak menangis pagi itu saya menangis sesenggukan. Ditambah rangkulan teman sehalaqoh saya yang memeluk saya sambil berkata “rere jangan nangis, semangat!” Padahal biasanya saya tidak selemah itu. Saya tidak biasanya menangis. Tapi setelah itu saya tersenyum memperlihatkan gigi saya kalau saya baik baik saja, saya tidak menangis. Walaupun air mata saya tetap saja turun tak terbendung
Tapi satu hal yang saya yakin bahwa Allah tidak akan memberikan ujian terhadap hambanya kecuali sesuai kemampuan nya. Jadi apapun yang di hadapkan padamu itu sudah sesuai porsimu. Maka habiskanlah!