Penulis: Erwin Firmansyah., ST
Alumnus Teknik Kimia UI & PESAN BISA
KISAH 1
Seorang pemuda yang berhasil menghafalkan surat Al Baqarah saat menanti lampu merah di persimpangan jalan. Pemuda ini sengaja menyimpan mushaf di mobilnya. Setiap kali lampu merah menyala, ia mencuri waktu untuk membuka mushaf. Yang ia lakukan bukan hanya sekedar membaca mushaf itu. Ia mencoba menghafalkan satu dua baris ayat Al Quran.
Ia berhasil menyelesaikan hafalan surat Al Baqarah sepenuhnya di tengah lampu merah yang bagi banyak orang dianggap sebagai waktu menjengkelkan. [1]
KISAH 2
Seorang nenek 70 tahun di Yordania adalah orang yang buta huruf (tidak bisa baca tulis). Beliau di usia tersebut mendengarkan rekaman al quran setiap hari. Lalu beliau berpikir, “Aku sudah sering mendengarkan al quran, mengapa aku tidak mengambil langkah lebih jauh lagi?”. Lalu kali ini beliau minta ditunjukkan oleh cucunya seperti apakah tulisan lafazh “Allah” (karena beliau buta huruf). Setelah itu setiap kali mendengarkan rekaman al quran, beliau melihat kearah mushaf dan mengikuti bacaan al quran berdasarkan tulisan lafazh “Allah” yang ditemuinya di mushaf. Perlahan tapi pasti, beliaupun menjadi sangat lancar dalam mengikuti bacaan tersebut.
Setelah itu, beliau minta kepada cucunya untuk mengajarkannya alphabet (alif, ba, ta, dan seterusnya). Setelah lancar, beliau perlahan bisa mengikuti rekaman bacaan al quran sambal membaca ke mushaf. Dan perlahan beliau bisa membaca al quran dengan sendirinya (tanpa mendengarkan rekaman).
Kemudian pada usia 75 tahun, beliau berhasil menghafalkan seluruh al quran. [2]
KISAH 3
Seorang laki-laki paruh baya dari Amerika Serikat, menyadari bahwa waktu perjalanan pergi dan pulang kerja adalah waktu yang cukup panjang untuk disia-siakan (waktu berangkat dan pulang masing-masing 45 menit). Ia pun membeli kaset rekaman pelajaran Bahasa jerman. Ia mendengarkannya hanya selama waktu perjalanan pergi dan pulang kerja. Setelah 10 bulan, ia menamatkan 99 rekaman pelajaran dengan 3 kali mengulang. Ditambah kursus tatap muka selama 16 hari di Berlin jerman,
Ia pun lancar berbahasa jerman. Ia hanya membutuhkan 10 bulan lebih sedikit untuk menguasai bahasa baru. [3]
Tujuan yang kelihatannya sulit bisa dicapai dengan usaha yang sedikit sedikit, namun konsisten.
Pemuda pada contoh pertama hanya menggunakan waktu menunggu lampu merah, seorang nenek pada contoh kedua menggunakan waktu santainya sambal mendengarkan al quran dan laki-laki pada contoh terakhir hanya menggunakan waktu perjalanannya dalam kereta untuk pergi dan pulang kerja. Mereka semua melakukannya sedikit-sedikit, tapi konsisten.
Mengapa harus sedikit-sedikit tapi konsisten? Karena amalan yang dilakukan banyak sekaligus akan menimbulkan perasaan berat dan sangat berpotensi terhenti di tengah jalan. Tipsnya adalah, buatlah tujuan besar yang ingin dicapai menjadi potongan-potongan tugas kecil yang harus diselesaikan setiap harinya. Dan jangan terlalu membayangkan tujuan besar tersebut, melainkan fokuslah hanya pada potongan-potongan tugas kecil tersebut. Stephen Duneier (Seorang dosen di University of California), menamakan pemotongan target besar menjadi tugas tugas kecil ini dengan “marginal adjustment”.
Misal, seseorang yang memiliki tujuan untuk mempelajari bahasa arab dengan kitab Durusul Lughoh. Jika ia membayangkan setiap harinya bahwa ia harus menguasai seluruh kitab Durusul Lughoh dalam 1 Tahun, ia akan merasa berat melakukannya dan sewaktu-waktu ia bisa terhenti dari melakukannya. Tapi jika ia membayangkan bahwa dalam 1 hari ia hanya perlu mempelajari 1/2 subbab dalam kitab durusul lughoh dan ia selalu memenuhi target ini, mempelajarinya akan terasa ringan. Tidak perlu terfokus pada target 1 tahun menguasai Durusul Lughoh, tapi fokuslah untuk memenuhi target belajar 1/2 subbab perhari nya. In sya Allah proses belajar seperti ini akan lebih langgeng, dibandingkan belajar sambil membayangkan target yang besar.
Bukankah generasi terbaik teladan kita (Para sahabat Nabi) juga mempelajari Al Quran dengan membagi-bagi nya per 10 ayat?
Ibnu Mas’ud berkata: “Sesungguhnya mereka (para sahabat) apabila mempelajari 10 ayat (Al-Qur`an) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak menambahnya sehingga mereka mengetahui ilmu dan mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya.”
Bukankah Allah juga mengajarkan (menurunkan) Al Quran secara perlahan-lahan selama hampir 23 tahun?
“Berkatalah orang-orang yang kafir, ‘Mengapa Al-Qur`an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?; Demikianlah (Kami turunkannya secara bertahap) supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (bertahap dan teratur). (QS Al Furqon : 32)
Terakhir, amalan yang dicintai Allah juga adalah amalan yang konsisten, walaupun sedikit.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ ditanya, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Yang paling rutin, walaupun sedikit.” Dan Beliau bersabda, “Kerjakanlah ibadah sesuai kemampuan kalian.” (HR Bukhari)
Referensi:
- Buku: Orang Sibuk pun Bisa Hafal Al Quran
- Faidah dari kajian islam oleh Sh Moutasem al Hameedy (link: https://youtu.be/O724d95udWg)
- TEDx Talk: How to achieve your most ambitious goals – Stephen Duneier (link: https://youtu.be/TQMbvJNRpLE)