Oleh : Muthiara Maharani, S. Si
-Alumnus PESAN BISA Angkatan 1
-Alumnus FISIKA UI 2012
Semoga menjadi motivasi dalam menghadapi musibah atau cobaan yang tidak kita sukai..
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
(البقرة: 216)
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
Mungkin kita sering merasakan kecewa, mengeluh dan tidak suka dengan ujian yang menimpa kita. Misal :
“kenapa Allah memberikan cobaan seberat ini kepada saya”
“kenapa cuma saya yang mendapat musibah seperti ini”
“kenapa fisik saya tidak sempurna”
“kenapa harus saya yang merasakan penderitaan seberat ini”
dan lain-lain..
Marilah kita renungi tulisan dibawah ini yang saya sandur dari kitab Fawaidul Fawaid karya al ‘alaamah Ibnul Qayyim al-Jauziyyah -rahimahullahu ta’alaa-
Semoga bisa mengobati dan menjadi penawar bagi hati yang sedang mengalami duka lara..
—
Apabila seorang hamba mentaati dan mengabdi kepada Allah dengan ikhlas, maka segala hal yang dibencinya akan berbuah kebaikan. Sebaliknya, apabila dia tidak mentaati dan mengabdi kepada Rabbnya, maka segala yang disenanginya akan berbuah keburukan.
Jadi, siapa pun yang mengenal Rabbnya dengan benar, mengerti seluruh asma dan sifat-Nya, pasti akan mengetahui dengan seyakin-yakinnya bahwa segala musibah dan cobaan yang tidak disukainya mengandung banyak maslahat dan manfaat yang tidak terfikirkan oleh dirinya.
Bahkan, terkadang kemaslahatan yang diperoleh hamba di dalam sesuatu yang dibencinya jauh lebih besar daripada kemaslahatan yang terkandung di dalam sesuatu yang disukainya.
—
Allah Mahabijaksana di antara yang bijaksana, Mahapengasih di antara para pengasih, dan Maha Mengetahui di antara yang mengetahui. Dia lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada diri kita sendiri, ayah atau ibu terhadap diri kita sendiri.
Apabila Allah menimpakan sesuatu yang tidak kita sukai, berarti pada dasarnya itulah yang terbaik bagi kita. Hal itu dilakukan-Nya karena mempertimbangkan yang manfaat bagi kita, disamping sebagai bentuk kebaikan dan kelembutan dari-Nya untuk kita. Seandainya hamba-hamba-Nya diberikan kebebasan untuk memilih sendiri jalan hidupnya, niscaya kita tidak akan sanggu p mewujudkan kemaslahatan bagi diri kita sendiri, baik kebaikan dalam hal pengetahuan, kehendak maupun perbuatan.
Sungguh, Allah mengatur kita berdasarkan ilmu, hikmah dan rahmat-Nya, baik kita suka ataupun tidak terhadap pengaturan-Nya itu. Hal itu bisa disadari oleh orang-orang yang meyakini kebenaran asma dan sifat-Nya sehingga mereka tidak mencela sedikitpun hukum yang telah ditetapkan-Nya.
Apabila seorang hamba mampu mengenal Allah beserta asma dan sifat-Nya, maka kehidupannya di dunia ini akan menjadi tentram. Kita akan merasakan kenikmatan yang tidak dapat dibandingkan kecuali dnegan kenikmatan di Surga di akhirat kelak. Sebab, kita selalu ridha kepada Allah, sedangkan keridhaan merpakan surga duniawi dan tempat peristirahatan bagi orang-orang yang mengenal Allah. Kita akan menerima dengan lapang dada semua ketentuan takdir Allah yang berlaku untuk kita, yang sejatinya merupakan pilihan Allah untuk diri kita. Kita juga akan menerima hukum-hukun agama dengan perasaan lapang.
Inilah makna meridhai Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul. Orang yang tidak mempunyai keridhaan seperti ini belum dapat dikatakan telah mencicipi manisnya iman.
Perolehan keridhaan semacam ini tergantung pada tingkat pengetahuan seseorang tentang keadilan, hikmah dan kebaikan pilihan Allah untuk diri kita. Semakin bertambah pengetahuan kita mengenai semua itu, semakin ridha pula kita kepada-Nya. Alasannya, karena kita akan menyadari bahwa takdir Allah Subhanahu wa Ta’alaa yang berlaku bagi semua hamba-Nya itu berkisar di antara keadilan, kemaslahatan, hikmah, dan rahmat-Nya; tak sedikitpun melenceng dari kisaran itu.
Dalam suatu do’a tentang kesedihan yang panjang, terdapat satu kalimat ” ‘adlun fiyya qodhouk” artinya “Ketentuan-Mu adil bagi-ku”. Kalimat ini berkaitan dengan segala ketentuan Allah yang ditetapkan bagi smeua hamba-Nya, baik itu berupa hukuman ataupun sakit dan penyebabnya. Dia yang menentukan sebab dan akibat semua kejadian. Dia Mahaadil dalam penentuan takdir ini. Di samping itu, ketentuan-ketentuan-Nya diberlakukan demi kebaikan Mukmin; sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam
‘Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya; tidaklah Allah menentukan suatu takdir bagi seorang Mukmin, melainkan takdir itu merupakan yang terbaik baginya. Yang demikian itu hanya berlaku bagi orang Mukmin.” (hadits yang semakna diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Ya’la dan Ibnu Hibban)
Disandur dari kitab Fawaidul-Fawaid, hal: 236-241
Mari serahkan semua urusan kita kepada Allah aja, yakinlah pilihan-Nya pastilah yang terbaik walaupun tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Dibalik takdirnya pasti tersimpan hikmah yang sangat besar :’)
#nasihat_pribadi
Semoga Allah selalu melapangkan hatiku dan sennatiasa ridha dalam menerima setiap ketentuan-Nya.
Aamiin.