Oleh : Nisa Larasati

Kesehatan Lingkungan UI 2014

Akhirnya kesampaian juga menyelesaikan buku ini setelah menemukan 2 jilid terakhirnya di toko buku langganan. Tahu buku ini dari akun instagram yang sering review buku dan merekomendasikan buku ini untuk kita-kita yang suka baca maupun yang baru berniat suka baca.

Prolog di buku ini menceritakan kecintaan para ulama terhadap ilmu dan buku.

”Kerinduan para penuntut ilmu terhadap ilmu lebih besar daripada kerinduan seorang terhadap kekasihnya. Kebanyakan mereka tidak terpesona dengan fisik manusia.”

Ibnul Qayyim dalam Raudhah Al-Muhibbin hlm. 69.

 

“Barangsiapa yang ketika membeli buku tidak merasa nikmat melebihi nikmatnya membelanjakan harta untuk orang yang dicintai, atau untuk mendirikan bangunan, berarti dia belum mencintai ilmu. Tidak ada manfaatnya harta yang dibelanjakan hingga dia lebih mengutamakan membeli buku.

Al Jahizh dalam Al-Hayawan

Ternyata cintanya mereka terhadap ilmu dan buku segitunya. Kemudian langsung membandingkan dengan diri sendiri yang rasanya masih jauh dari itu. Tapi tenang aja lagi otw kok. Entah cari buku di perpus atau cari uang tambahan buat anggaran beli buku hehehe. Selama niatnya untuk ibadah ke Allaah pasti Allah bantu kan (:

Saking cintanya sama buku, bahkan cara mereka untuk mengusir kantuk adalah dengan baca buku. It does makes sense, karena coba bayangin kita lagi sama orang yang kita sayang pasti pengen ngobrol ngga selesai-selesai kan. Ngga ada bosennya gitu. Nah kalau pas kita baca buku malah jadi ngantuk berarti harus ada yang dibenahi. Entah meluruskan niatnya atau baca ta’awudz supaya setannya kabur hehe

Ibnul Jahm berkata,

“Apabila rasa kantuk mulai menyerang kedua mataku bukan pada waktunya, maka aku segera membaca buku mutiara hikmah. Kemudian spirit membacaku pun kembali tergugah. Aku menemukan kembali kelapangan hati saat harus memenuhi kebuutuhan. Sedang kesengangan dan kemuliaan yang memenuhi hatiku lebih cepat membuatku bangun daripada ringkikan keledai atau gemuruh reruntuhan.”

Satu penggalan yang bikin happy writer seneng pas tahu ada istrinya ulama yang ngebacain buku untuk beliau sebelum tidur. What my dream! Adakah yang lebih indah dari berbagi hal yang kita suka bersama orang yang disayangi (:

Al-Allamah Abul Baqa’ Abdullah bin Husain Al-Ukhbari bercerita bahwa istrinya membacakan buku sastra atau buku lain pada malam hari.

Lalu sebenarnya gimana sih wujud manifestasi cintanya ulama terhadap ilmu yang ada di dalam buku? Penulis merangkumnya dalam tiga poin besar yaitu:

  1. Membaca Ulang

Aqqad: Sungguh ada orang yang mengatakan bahwa membaca satu buku tiga kali lebih bermanfaat dari pada membaca tiga buku dengan sekali baca.

Abu Bakar bin Athiyyah mengatakan bahwa dirinya membaca Shahih Bukhari berulang kali sebanyak 700 kali.

Well yeah, sangat berkebalikan dengan happy writer sekarang yang pengennya cepet-cepet berpindah buku setelah selesai. Paling-paling baca buku berulang kalau udah cinta banget sama isinya. Dulu pernah baca novel sampe 5x sampe hafal detail-detailnya kemudian sadar kalau novel cuma menjadikan happy writer terlalu banyak berimajinasi kemudian membanding-bandingkannya realita. Cukup nirfaedah.

  1. Mengajarkan Satu Buku Berulang Kali

“Abdul Ghafir bin Muhammad Al-Farisi mengajarkan kitab Shahih Muslim lebih dari 60 kali.”

Siyar An-Nubala’ 18/20)

Nah ini poin baru yang sama sekali ngga pernah terpikirkan sebelumnya. Berhubung happy writer bukan guru, mungkin bentuknya lebih sharing kali ya. Dan korban utama happy writer biasanya adik tersayang hahaha. Kayaknya dia seneng-seneng aja sih ga protes meskipun happy writer ceritanya kadang setengah sadar sebelum tidur dan berakhir dengan ketiduran.

Salah satunya juga menulis kayak gini supaya lebih inget. Happy writer pelupa parah. Jadi ya di post disini biar gampang dibaca-baca lagi dimanapun.

  1. Menyalin Buku

Ibnul Jauzi: pernah mengatakan bahwa dirinya menulis 2.000 jilid buku dengan jari-jarinya. Beliau juga membaca 200.000 jilid buku.

Ahmad bin Abduddaim Al-Maqdisi (w. 668 H) pernah menulis sekitar 2.000 jilid buku dengan tangannya sendiri. Beliau menekuni tulis-menulis selama 50 tahun lebih.

Well, ini baru happy writer lakukan di tahun ini setelah tersadar sebagus apapun buku yang dibaca ngga bakal keinget kalau udah selesai dan ngga pernah disalin. Pertama-tama biasanya happy writer bakal meng-highlight­ yang dianggap penting, buat catatan di pinggirnya, dan ditandain halaman yang krusial. Fun fact: Bill Gates juga melakukan ini kalau lagi baca buku.

Selain mengambil ilmu lewat membaca buku, kita harus banyak diskusi sama ahlinya lho. Dan memang ini kerasa banget sih. Biasanya sebelum memilih judul buku, happy writer berdiskusi tentang satu topik sama orang yang concern dengan topik tersebut lalu meminta rekomendasi buku. Ini salah satu tipsnya Ustadz Aan Chandra Thalib karena beliau membaca buku dari berbagai bidang bahasan. Karena happy writer suka buku dari berbagai bidang bahasan makanya selalu nanya ke ahlinya dulu.

Imam An-Nawawi: Berdiskusi dengan orang yang pandai tentang suatu ilmu selama satu jam lebih bermanfaat daripada menelaah ataupun menghafal selama berkam-jam bahkan berhari-hari. Syarh Muslim (1/47)

Nah itu beberapa hal yang semoga bermanfaat bagi teman-teman. Semoga kita makin gila baca kayak ulama ya hehehehe tapi jangan lupa ilmunya jangan hanya mampir di otak dan tinggal di lemari buku tapi sampai ke hati (:

Selamat membaca para pemilik hati yang bersemangat!

Ilmu itu bukanlah yang mengisi lemari buku

Ilmu adalah apa yang terkandung dalam hati

Muhammad bin Abdullah dalam Raudhah Al-‘Uqala’

 

Ali bin Muhammad Al- ‘Imran

Kuttab Publishing

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *