Oleh : Abid Fathurrahman Arif
Jum’at, 5 Rabiul Akhir 1445 / 20 Oktober 2023
Belum selesai rasanya ekspresi duka, simpati, marah, kecaman disertai dukungan moril
dan materil terhadap konflik Palestina – Israel di Gaza sejak 1 pekan terakhir ini. Negara-negara di dunia serta warganya yang memiliki perhatian terhadap rasa kemanusiaan
(human rights) turut serta dalam menyuarakan kemerdekaan Palestina dan kecaman terhadap
Agresi Militer Israel dan sekutunya yang mengakibatkan tewasnya masyarakat sipil Palestina.
Spirit pembelaan terhadap Palestina tidak hanya didasari nilai ideologi persaudaraan
islam, tetapi lebih dari itu adanya nilai kemanusiaan dan keadilan yang diabaikan
bertahun-tahun semenjak berdirinya Negara Israel di tanah Palestina yang mereka ambil secara
paksa pada 15 Mei 1948.
Berdirinya Negara Israel merupakan hasil upaya kelompok gerakan Yahudi Zionis yang
dipelopori Theodor Hertzl dan Chaim Weizmann dari Kongres pertama Yahudi
Internasional di Basel, Swiss tahun 1895. Gerakan ini merupakan inisiasi dari kaum Yahudi
Eropa yang mengalami penindasan dari kekuasaan otoriter Tsar Rusia dan NAZI Jerman pasca
konstelasi politik antar negara-negara Eropa hingga meletusnya Perang Dunia ke – I. Atas dasar
inilah, Kelompok Yahudi tersebut bergagasan mendirikan Negara Nasional Yahudi sebagai
tempat perlindungan dan mempertahankan identitas mereka dari propaganda anti-semitisme
dengan memanfaatkan ideologi keagamaannya terkait status Zion (nama bukit di Yerusalem)
dan Tanah yang Suci dan Dijanjikan (The Holy and Promised Land /Al-Ardh Al-Muqaddasah).
Pada perkembangannya, Gerakan Zionisme mendapat dukungan dari Negara
Kolonialisme Inggris berdasarkan Deklarasi Balfour pada 2 November 1917 yang merujuk
pada surat Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour kepada Lionel Walter Rothschild
sang miliarder dan pemimpin komunitas Yahudi Inggris. Surat yang ringkas terdiri dari 67
kalimat tetapi mengandung makna yang kontroversial hingga saat ini, karena diantara isinya
menindaklanjuti pendirian Negara Israel di Palestina dengan mengakomodasi hak-hak warga
sipil non-Yahudi hidup berdampingan secara damai.
Tetapi, Apakah deklarasi tersebut sesuai dengan yang diharapkan ??
Bagi kalangan Yahudi Zionis, deklarasi tersebut merupakan angin segar untuk menjalankan
ideologinya yang didambakan.
Tetapi realitanya, deklarasi tersebut menandakan permulaan badai konflik masyarakat Palestina
dengan imigran Yahudi yang serakah dan sombong atas kekuasaan yang dimilikinya.
2
Selama kurang lebih 75 tahun penjajahan Israel atas masyarakat Palestina dilalui dengan
peristiwa-peristiwa konflik peperangan militer, pengusiran dan pembantaian masyarakat
sipil, pelecehan kehormatan Masjidil Aqsha yang melanggar Hak Asasi Manusia,
Perdamaian dan Hukum Internasional!
Apa sebab kaum Yahudi berbuat sewenang-wenang seperti itu?
Al-Quran telah mengabarkannya sejak 1400 tahun yang lalu, berdasarkan tinjauan sejarah dan
fakta yang terjadi sebelum diutusnya Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Diantara sikap mereka adalah Pelanggar Perjanjian (Naqidhul Mitsaq), sebagaimana
diterangkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 27 :
” (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya
(silaturahmi) dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.”
Al-Imam Al-Mufassir Abu Ja’far Ath-Thabari (w. 310 H.) dalam Tafsirnya menerangkan
bahwasannya kelompok yang dimaksud melanggar perjanjian adalah orang-orang fasik dan
munafik yang diterangkan pada pembahasan sebelumny di ayat 8-20. Tetapi pendapat lainnya
juga menyatakan mereka adalah Ahlul Kitab (Yahudi) yang telah berjanji untuk berilmu dan
beramal atas apa yang Allah perintahkan (aspek akidah, syariat dan akhlak) dalam Taurat untuk
mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Hal ini juga dikuatkan dengan ayat-ayat yang menerangkan perjanjian mereka dengan Allah di
Surat Al-Maa’idah ayat 13 :
” (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan
hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan
mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka.
Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok
kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka.
Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Imam Ath-Thabari menyatakan ayat ini merupakan kelanjutan ayat sebelumnya berkenaan
perjanjian yang dilakukan Bani Israil dan perwakilan masing-masing kepala suku kepada Nabi
Musa untuk menjalankan perintah Allah yang tertera dalam Taurat dan menolong agamanya
dengan mengambil pelajaran dari kebinasaan kaum Fir’aun, tetapi sebagian mereka
melanggarnya dan mengubah hukum-hukum Allah sesuai hawa nafsunya dan menganggapnya
sebagai ajaran agama yang diturunkan kepadanya.
Sebuah kedustaan yang nyata!
Akibat sikap tersebut, mereka melakukan tindakan brutal dengan membunuh para Nabi tanpa
alasan yang benar (Qatil bighairil Haqq), menyombongkan diri dengan mengingkari
tanda-tanda kebenaran yang nampak didepannya (Munkir Mustakbir), dan menebar fitnah
berupa kerusakan di muka bumi (Fasidul Ardh) !!
Na’udzu billah min Dzaalik.
Oleh karenanya Allah berfirman dalam Surat Al-Maa’idah ayat 64 :
“…. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat
kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.”
Ayat ini merupakan potongan dari pangkal ayat nya yang menerangkan sifat Yahudi yang
mensifati Allah dengan hal yang tidak layak padanya, yaitu Tangan Allah Terbelenggu / Pelit.
Bukankah ini kerusakan dalam akidah yang akhirnya berimplikasi terhadap kerusakan akhlak
mereka terhadap manusia???
Maka tak heran, jika Yahudi Zionis mewarisi sikap nenek moyangnya berdasarkan
pandang ideologi yang mereka anut. Tetapi sifat-sifat buruk tersebut dan akibat darinya
dapat menjadi pelajaran bagi kaum muslimin dan Allah yang akan membalas dengan
keadilannya.
Kini, sebagai seorang Muslim kita saksikan dengan hati dan perasaan yang luluh melihat
tindakan Yahudi yang terus melancarkan tindakan zalimnya dalam membombardir berbagai
infrastruktur di pemukiman warga sipil Gaza. Adakah yang lebih zalim dari mereka???
Selain dukungan dan menyuarakan kemerdekaan Palestina, sebagai Muslim hendaknya
juga mengambil pelajaran dari sifat-sifat buruk kaum Yahudi agar tidak diikuti dan
menjadi refleksi bersama untuk mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin.
Jika Yahudi gemar melanggar janji, Maka seorang Muslim adalah orang yang paling
komitmen dengan janjinya !
Muslim hakiki akan menepati janjinya untuk mentauhidkan Allah dan beribadah hanya
kepada-Nya, pedagang menjaga keseimbangan harga tanpa mengurangi dan melebihi takaran
timbangannya, mahasiswa dan pekerja komitmen dan amanah dengan studi dan kerjaannya,
serta pemimpin menunaikan janji kampanyenya kepada masyarakatnya ketika telah terpilih!
Jika Yahudi gemar membunuh para Nabi, Maka Muslim adalah orang yang memuliakan
para Nabi dan keturunannya serta para penerus ajarannya tanpa membeda-bedakannya!
Muslim hakiki akan memuliakan para Nabi dan pewarisnya dengan mengikuti ajarannya dan
mencintainya daripada hamba-hamba Allah yang lain, tidak mengkultuskannya sebagai Tuhan
dan tidak merendahkannya hingga meremehkan kenabiannya.
Jika Yahudi gemar memfitnah dan berbuat kerusakan di muka bumi, Maka Muslim adalah
orang yang menjaga keamanan, ketertiban dan perdamaian di muka bumi!
Muslim hakiki akan mengerahkan upaya untuk menahan lisannya dari ghibah dan fitnah antar
sesama manusia yang menyebabkan permusuhan dan kedengkian, serta menjaga tangannya
dari merusak alam dan meneror orang lain tanpa alasan yang dibenarkan.
Dari Abdullah bin Umar dan Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhuma secara marfu’ : “Seorang
Muslim adalah yang (menjadikan) orang Muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya,
Seorang yang hijrah adalah yang berhijrah dari hal yang dilarang Alah.”
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu anhu berkata : saya berkata : ” Wahai Rasulallah! Orang
Muslim manakah yang paling utama?” Beliau berkata : Yang orang Muslim lainnya selamat dari
(gangguan) lisan dan tangannya.” (Muttafaq Alaihi)
Perjuangan dan Kemenangan Palestina tidak sempurna jika kita sebagai kaum Muslimin
merefleksi diri agar tidak mengikuti sifat-sifat buruk Yahudi, sehingga kemenangan fisik
dapat diraih dengan kemenangan secara moral, mental, gaya hidup yang tetap berada
pada jalan Islam.
Semoga Allah memberikan pertolongan dan kemenangan bagi saudara-saudara kita di
Palestina dan menyatukan hati kaum Muslimin untuk melawan kebatilan dan musuh-musuhnya.
Aamiin Ya Rabbal Alamin.