Penulis : Gies Andika
– Psikologi UI 2015
– Mahasantri Rumah Ukhuwwah 2018
Lanjutan Bagian III
M. Syauqillah
Dosen Kajian Timur Tengah dan Stratejik Universitas Indonesia
Negara timur tengah tidak bisa diharapkan seratus persen untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Sejak Ustmani jatuh kondisi geopolitik di Timur Tengah menjadi tidak stabil sampai saat ini. Negara-negara ini masih menjadi identitas diri yang sebenarnya.
Mesir mempunyai posisi yang cukup yang bagus, tapi tetap saja masih belum lepas dari kondisi politik dalam negri yang terjadi. Turki yang cukup baik tapi ternyata standing posisinya tidak seperti Indonesia. Dia sangat pragmatis dalam politik luar negri. Arab Saudi sekarang dalam terjepit saat ini. Yordania sebenarnya cukup kuat, namun masalahnya adalah ektremisme dan masih menjadi identitas.
Apa yang bisa dilakukan Indonesia?
- Dukungan Indonesia tidak bisa di intervensi
- Tidak terpengaruh interdepedensi terhadap kawasan Timur Tengah
- Indonesia sebagai negara muslim muslim mayoritas
Broto Wardoyo, P.hd
Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia
Dalam literatur akademik awalnya di sebut Bangsa Arab, setelah tahun 1960-70an makan berubah menjadi Bangsa Palestina.
Proses perdamaian ada 3 :
- Land for Peace
- Peace for peace
- No peace at all
Strategi negosiasi
- The many legs of negotiation
- Jerussalem : Urusan Supranatural
- Refuge : Identitas, Attachment
Ada 3 pendekatan Palestina
- Bersenjata (Hamas dan Jihadis lain)
- Perdamaian (PLO)
- PBB (Multilateral Approach)
Namun ketiga pendekatan ini menyebar tidak koheren satu sama lain. Mestinya tiga pendekatan itu harus bersatu.
Kemudian Internal isu di Palestina
- Hamas vs Fatah (internal rivalries)
- Palestina diluar negri seringkali hanya diwakilkan oleh Fatah
- Rule nya tidak jelas
- Palestina adalah negara demokrasi
- Kapasitas institusi rendah
- Ini diakibatkan oleh pendanaan yang sangat terbatas
Where do we stand?
- Negosiasi
- PBB harus dimaksimalkan untuk kebijakan
- Investasi ekonomi
Indonesia selalu mendukung Palestina untuk masuk PBB. Kadang seringkali kita mendebatkan mendukung Palestina karena isu agama atau nasionalisme. Keduanya tidak masalah karena tujuan kita adalah mendukung kemerdekaan Palestina.
Kamis, 29 November 2018
Balai Sidang Universitas Indonesia
Notulensi oleh : Gies Andika