Penulis: Ustadz Nur Fajri Romadhon, Lc
@nf_rom
16 Agustus 2014
Kanjeng Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺍﻟﺘﺄﻧﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻌﺠﻠﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ
” Ketenangan bertindak dari Allah dan ketergesaan dari setan.”
[Hadits hasan riwayat al-Baihaqi]
*
Ketergesaan adalah tabiat manusia. Allah ta’ala berfirman:
“Manusia diciptakan dengan sifat tergesa-gesa.” [Qs 21: 37].
Setan pun berusaha memaksimalkan tabiat ini dalam keseharian kita. Meski demikian, Allah mengilhamkan ketenangan dan kematangan bertindak dan berucap ke dalam diri hamba-hambaNya.
Ketergesaan tanpa perhitungan yang matang sering manjadi petaka dan penyesalan di kemudian hari.
Tentu kita tidak lupa akan ketergesaan Bapak kita, Nabi Adam, yang mencicipi buah terlarang karena tergiur janji setan bahwa ia akan menjadi kekal. Padahal, justru sebaliknya, setelah dimakan, Beliau yang tadinya kekal di surga, malah dikeluarkan.
Nabi Musa juga memberi kita pelajaran. Ketika Beliau tergesa-gesa mengingkari Nabi Khidhr, justru mereka harus berpisah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika Musa bersabar, akan lebih banyak pelajaran yang didapat.” [Hr al-Bukhari]
*
Ketergesaan begitu sering menyertai kita. Kita tergesa belajar, hingga akhirnya banyak hal yang tidak kita kuasai betul. Imam Az-Zuhri mengatakan, “Sungguh ilmu yang kami miliki ini adalah buah menghafal satu-dua hadits atau satu-dua masalah fikih per hari.” Sering kita tergesa dalam doa, sampai langsung mendikte Allah. Lupa mengawali doa dengan pujian dan shalawat.
Saat doa tak kunjung terlihat hasilnya, kita mengklaim sepihak bahwa Allah enggan mengabulkan. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Doa kalian akan dikabulkan selama tidak tergesa- gesa.” [muttafaqun ‘alaihi]
Kita kadang tergesa dalam berdakwah tanpa memperhatikan prioritas-prioritas dakwah hingga
dakwah tidak efektif atau bahkan gagal. Jika sudah tidak mendapat penerimaan, kita pun tergesa mencap mereka sebagai orang-orang yang menolak kebenaran, pengikut hawa nafsu, dan sebagainya tanpa mengoreksi metode dakwah kita.
Benarlah kata para ulama: “Manista’jala syaian qabla awaanihi, ‘uuqiba bihirmaanihi (Barangsiapa tergesa melakukan sesuatu sebelum momennya, tidak akan memperolehnya).”
*
Bahkan dosa-dosa pada hakikatnya bersumber dari ketergesaan. Riba dan korupsi adalah bentuk ketergesaan mendapat harta sebanyak mungkin, semudah mungkin. Zina dan pacaran adalah ketergesaan syahwat sebelum tiba momen yang halal. Menuduh dan memaki adalah wujud ketergesaan kita sebelum tabayyun dan memberi uzur. Demikian seterusnya. Semua adalah ketergesaan kita demi mereguk kepuasan sesaat dengan mengorbankan kebahagiaan abadi kelak.
*
Namun ingat, tidak tergesa-gesa bukan berarti lamban dan tidak peka. Perbedaannya ada pada kesesuaian dengan petunjuk agama, pemikiran yang matang, musyawarah, dan metode yang tepat.
Taufik dan bimbingan Allah juga besar pengaruhnya. Pun juga tipu daya setan. Lafal hadits di atas seolah mengisyaratkan bahwa seringkali kita menghendaki cepat tanggap, namun setan mengganggu dan menjadikannya ketergesaan. Atau bahkan kita sebenarnya menunda untuk berpikir matang karena ragu, namun dengan itulah Allah bimbing kita kepada at-taanni. Wallahu a’lam